FALSAFAH HIDUP "OJO CEDHAK KEBO GUPAK"

Ojo cedak kebo gupak “mungkin falsafah ini sudah jarang didengar dan tidak dianggap lagi oleh orang – orang jaman sekarang.Padahal para sesepuh dan para cendekia pada jaman dulu mewariskan falsafah ini dengan kata – kata sanepan ( kiasan ) yang sangat halus dan sarat makna. Kita diibaratkan hewan atau kerbau, makna yang terkandung adalah manusia jika tidak mau berhati – hati dalam hidupnya dan tidak mengendalikan hawa nafsunya sama saja kita ini dengan mahkluk yang namanya hewan.

Ojo cedhak kebo gupak adalah falsafah jawa yang artinya secara bahasa “Jangan dekat kerbau kotor”, ini sebuah falsafah yang mengajarkan kita dalam pergaulan kita sehari - hari Bahwasanya kita harus jeli dan berhati – hati dalam memilih teman, memilih tempat dimana kita tinggal , memilih tempat kita bermain atau tempat kita berkumpul.

Jangan mendekat kerbau kotor, mendekat saja oleh para leluhur kita sudah dilarang, ini adalah upaya preventiv pada diri kita agar hati – hati dan selektif dalam memilih dan menentukan siapa yang bisa dijadikan teman atau karib kita.

Siapa teman – teman kita, baikkah, berandal atau preman, ataukah pencopet ataukah kawan – kawan yang berperilaku baik. Dengan mempunyai teman yang salah ini akan berdampak pada diri kita. Begitu juga bergaul dengan orang baik perilakunya, pengaruh positif akan kita rasakan pada diri kita.

Bergaul dengan kawan yang pemabuk, mungkin awalnya kita bisa menolak ajakan teman kita tersebut, tapi pada suatu saat kita sedang ditimpa persoalan yang seharusnya mendapat sokongan dan dukungan dari teman – teman kita , eeeeee……malah ditawarin minum, biar enjoy katanya . Saat – saat itulah ditengah hati kita lemah, disaat emosi kita labil ajakan teman yang menyesatkan mampu menggoyahkan hati dan iman. Begitu juga kiranya berteman yang tabiatnya tidak baik lainya, yang suka ngiseplah, suka ngepil dan lainnya , sebisa mungkin dihindari.

Banyak berita – berita di media cetak ataupun elektronik yang membeitakan kejahatan – kejahatan akibat tabiat – tabiat buruk tersebut. Tentu ini akan menjadi contoh dan gambaran bahwa salah pergaulan dapat merugikan diri kita.

Ketika di bangku Sekolah Dasar dulu saya masih ingat pelajaran Bahasa Daerah Bahasa Jawa. Masih banyak sekali falsafah – falsafah hidup yang lain, dan saya kira tidak hanya di Jawa, di semua daerah di penjuru Indonesia tentu banyak falsafah – falsafah hidup dan ajaran budi pekerti tinggi dari leluhurnya. Kalau mau kita menggali dan kita pelajari bisa kita jadikan pedoman dan pegangan dalam hidup kita, tentunya seiring dan sejalan serta tidak bertentangan dengan syariat agama yang kita imani.

Artikel

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar anda !