Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Akhi:
Bila kita sempatkan diri kita untuk membaca sejarah hidup para pendahulu kita yang soleh mulai dari masa sahabat hingga para ulama Salafi, nescaya kita dapati akhlak, adab dan ketegasan mereka yang menakjubkan. Akan kita jumpai pula indahnya penjagaan diri mereka dari aib dan maksiat. Merekalah orang-orang yang paling bersegera menjauhi maksiat. Bahkan, sangat menjauh dari sarana dan sebab-sebab yang mendorong kepada perbuatan maksiat;
Bila kita membaca kehidupan anak-anak atau para remaja di masa Salaf, niscaya kita dapati mereka adalah darah-darah muda yang tampak kecintaannya terhadap dien, semangatnya dalam membela Al-Haq dan sikap bencinya kepada perbuatan dosa. Maka, kita dapati mereka di usia muda, sudah memiliki hafalan Al-Qur’an, semangat yang besar untuk berjihad dan kecerdasan yang menakjubkan;
Sebaliknya, sungguh sangat sedih hati ini. Tidakkah kita merasakan bahwa kaum Muslimin saat ini terpuruk, terhina dan tidak berdaya di hadapan orang-orang kafir, padahal jumlah kita banyak? Lihatlah diri kita! Bandingkan diri kita dengan para pemuda di masa Salaf! Akhi, saya, antum, kita semua pernah bermaksiat. Namun, sampai bila kita bermaksiat kepada-Nya..
Akhi:
Saya tidak mengharamkan antum berdakwah kepada wanita, kerana Nabi pun berdakwah kepada wanita!
Saya pun tidak mengharamkan Muslim atau Muslimah memanfaatkan FB, karena untuk mengharamkan sesuatu membutuhkan dalil,
Siapa yang melarangmu mendakwahi mereka akhi?
Bahkan, dulu ku masih berprasangka baik padamu bahwa kau akan dakwahi teman-teman lamamu, termasuk para wanita itu,
Namun, yang terjadi adalah sebagaimana yang kau tahu sendiri,
Tak perlu ku tulis,
Karena kau pasti tahu sendiri..
Akhi:
Catat! Tak ku buka friendlist FB-mu karena aku tak mencari-cari aibm,
Namun, tidakkah kau sadar bahwa FB itu sangat-sangat terbuka?
Hingga dirimu sendiri yang tak prnh sadari
Bahwa tingkah lakumu pada para akhwat itu
Dapat dilihat kawan-kawanmu yang lain, termasuk diriku,
Yang inilah sebab yang mendorongku menorehkan pena dalam lembaran-lembaran ini,
Betapa sering Allah Ta’ala menutupi aib seorang hamba,
Namun dirinyalah sendiri yang membongkar aibnya..
“Ya Allah, ku adukan kesedihan hatiku ini hanya kepada-Mu. Hanya kepada-Mulah ku serahkan hatiku. Mudah-mudahan Kau mendengar doaku dan Kau maafkan kesalahan kawan-kawanku itu. Di samping ku terus berhadap agar Kau pun maafkan diriku”
Akhi;
Pernahkah kau baca firman Allah Ta’ala yang menyinggung ‘mata yang berkhianat’?
Baiklah, kita periksa kembali. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Mukmin:19
يعلم خاينة الأعين
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang berkhianat”
Apakah yang dimaksud dengan mata yang berkhianat itu?..
Akhi;
Sesungguhnya Al-Qur’an itu turun di masa para sahabat. Sahabat Nabilah yang paling mengerti makna Al-Qur’an kerana mereka hidup bersama Nabi, langsung mendapat bimbingan dan pengarahan Nabi. Maka, kini akan ku bawakan tafsir Ibnu Abbas, sebagai hadiahku untukmu:
Akhi ingat kan siapa Ibnu Abbas? Na’am! Dia adalah ahli tafsir dari kalangan sahabat Nabi. Ku dapatkan tafsir ini dari Abul Faraj Al-Jauzy (Ibnul Jauzy), dalam kitab beliau,ذم الهوى. Ibnu Abbas berkata;
الرجل يكون في القوم فتمر بهم المرأة فيريهم أنه يغض بصره عنها فإن رأى منهم غفلة نظر إليها فإن خاف أن يفطنوا إليه غض بصره وقد اطلع الله عز وجل من قلبه أنه يود أنه نظر إلى عورتها
“Seseorang berada di tengah banyak orang lalu seorang wanita melintasi mereka. Maka, ia memperlihatkan kepada kawan-kawannya bahawa IA MENAHAN PANDANGANNYA DARI WANITA TERSEBUT. Jika ia melihat mereka lengah, ia pandangi wanita tersebut. Dan jika ia khawatir kawan-kawannya memergokinya, ia menahan pandangannya. Padahal, Allah Ta’ala mengetahui isi hatinya bahawa ia ingin melihat aurat wanita tersebut”
Camkan itu akhi!:
Kita sudah lama mengenal Islam,
Kita sudah lama mengaji,
Apakah seseorang yang sudah lama mengaji pantas seperti itu?,
Inginkah akhi dikenal manusia sebagai pemuda yang soleh,
Yang senantisa menundukkan pandangan di alam nyata,
Namun kau berkhianat dengan matamu;
Kau tipu kawan-kawanmu yang berprasangka baik kepadamu,
Tidakkah kau malu kepada Allah Ta’ala,
Yang melihatmu di kala tiada orang lain di sisimu selain laptopmu, komputer atau HP-mu?
Yang dengan laptopmu kau bisa pandangi wanita sesuka hatimu?
Yang komputermu kau bisa sapai mereka sepuasmu;
Yang HP-mu kau bisa berbincang-bincang dengan mereka sekehendakmu?..
Akhi:
Janganlah kau marah padaku,
Marahlah pada Ibnu Abbas jika kau mah:
Karena dialah yang menjelaskan arti mata khianat kepadaku..
Akhi:
Jika kau malu bermaksiat di hadapan kawan-kawanmu, apalagi di hadapan para wanita itu,
Ketahuilah bahawa:
قلة حيائك ممن على اليمين وعلى الشمال وأنت على الذنب أعظم من الذنب
“Sedikitnya rasa malumu terhadap siapa yang berada di sebelah kanan dan sebelah kirimu, saat kamu melakukan dosa, itu lebih besar daripada dosa itu sendiri!”
Sebentar akhi, jangan marah dulu. Itu di atas bukan ucapan saya, tetapi ucapan Ibnu Abbas! Silakan lihat di ذم الهوى halaman 181..
Akhi:
Apakah engkau masih sempat-sempanya tertawa, melempar senyum pada akhwat itu, meski sebatas:
* Simbol ^__^
* “Xii.. Xii.. Xii..”
* “Hiks.. Hiks.. Hiks..”
* “Hi.. Hi.. Hi..”
* “Ha.. Ha.. Ha..”
* “So sweet ukhti”
Atau sejenisnya yang kau tulis di wall-wall atau ruang komentar FB para akhwat itu!
Maka, ketahuilah bahwa,
وضحكك وأنت لا تدري ما الله صانع بك أعظم من الذنب
“Tertawa saat kamu tidak tahu apa yang akan Allah Ta’ala perbuat terhadapmu, ITU LEBIH BESAR DARIPADA DOSA ITU SENDIRI!”
Dan juga:
وفرحك بالذنب إذا ظفرت به أعظم من الذنب
“Kegembiraanmu dengan dosa ketika kamu melakukannya, ITU LEBIH BESAR DARIPADA DOSA ITU SENDIRI”
Afwan akhi jika antum mulai emosi (semoga tidak). Jangan lihat saya karena dua kalimat di atas bukan ucapan saya, tetapi ucapan Ibnu Abbas pula, afwan..
Akhi:
Kalau antum masih bermudah-mudahan dalam ber-FB ria dengan para wanita itu:
Ketahuilah bahwa antum adalah pengecut!
Karena kalau kau berani, kau akan temui ayahnya dan kau pinang diriny:
Kalaupun hartamu tidak mendorongmu untuk itu,
Kau tetap pengecut kerana kau hanya ‘tunjukkan perhatian’
Sementara kau tidak berani ‘maju melangkah’
Jika kau mampu tahan pandanganmu dari ‘bunga-bunga’ facebook itu, barulah kau ini seorang pemberani!
Sabar dulu akhi, jangan marah dulu. Siapa saya? Saya ini masih sama-sama belajar seperti antum atau malah saya masih tergolong anak ‘baru mengaji’. Namun, mohon jikalau akhi menolak ucapan saya, perhatikanlah untaian kata yang dikutip Ibnul Jauzi di bawah ini;
ليس الشجاع الذي يحمي مطيته … يوم النزال ونار الحرب تشتعل
لكن فتى غض طرفا أو ثنى بصرا … عن الحرام فذاك الفارس البطل
“Pemberani bukanlah orang yang melindungi tunggangannya; Pada saat peperangan, ketika api berkobar; Akan tetapi, pemuda yang menahan padangannya dari yang diharamkan; Itulah prajurit yang kesatria!”
Akhi;
Sekali lagi, kalau kau tersinggung dengan ucapanku. Mohon janganlah kau lihat siapa saya, kawanmu ini. Saya tidak ada apa-apanya. Namun, sekali lagi, ku mohon lihatlah siapa orang yang perkataannya ku hadirkan padamu. Salaf memberi nasihat kepada kita dengan untaian katanya di bawah ini;
فتفهم يا أخي ما أوصيك به إنما بصرك نعمة من الله عليك فلا تعصه بنعمه وعامله بغضه عن الحرام تربح واحذر أن تكون العقوبة سلب تلك النعمة وكل زمن الجهاد في الغض لخطة فإن فعلت نلت الخير الجزيل وسلمت من الشر الطويل
“Fahamilah wahai saudaraku apa yang aku pesankan kepadamu; Penglihatanmu tidak lain adalah nikmat dari Allah Ta’ala atasmu; Janganlah mendurhakai-Nya dengan menggunakan nikmat-Nya; Perlakukanlah penglihatan tersebut dengan menahannya dari yang haram; Maka kamu beruntung; Jangan sampai engkau mendapat sangsi berupa hilangnya kenikmatan itu; Waktu berjihad untuk menahan pandangan adalah sejenak; Jika kau melakukannya, kau akan dapatkan kebaikan yang banyak dan selamat dari keburukan yang panjang”
[Lihat ذم الهوى , Karya أبو الفرج عبد الرحمن بن أبي الحسن الجوزي, Hal. 143]
Akhi;
Sekali lagi, demi Allah Ta’ala, saya tidak melarangmu untuk berdakwah, termasuk dakwah kepada wanita. Sudah ku terangkan di atas bahwa Nabi pun berdakwah kepada wanita,
Namun, wahai akh:
Antum memiliki kewajiban yang besar sebelum antum berdakwah, yaitu ilmu! Sudahkah kita berdakwah dengan ilmu? Akhi ini ku tujukan pula untuk diriku,
Manakah waktu yang lebih banyak kita habiskan? Mendakwahi wanita itu atau waktu kita dalam mengikuti majlis ilmu? Silakan kita jawab sendiri..
Akhi:
Laki-laki memang tidak dilarang bahkan diwajibkan mendakwahi wanita, sebagaimana yang Nabi dan para sahabat lakukan:
Namun, mendakwahi mereka tidak harus lewat FB kan? Antum bisa membuat blog atau website yang dari situ antum dapat menulis risalah. Antum bahkan dapat berbicara di alam nyata jika diperlukan, selama tidak ada khalwat. Namun, tidakkah kita ingat bahwa para sahabat menimba ilmu dari isteri Nabi tidak berhadapan langsung, tetapi di balik tabir?;
Jika ingin berdakwah, antum bisa menukilkan artikel bermanfaat, lalu kau cantumkan di FB-mu,
Antum juga bisa membuat page atau kumpulan yang dengannya kau dapat kirimkan artikel kepada kaum Muslimin atau Muslimah sehingga dapat membaca nasehatmu. Itu saja! Lalu kau log-out dari FB. Selesai kan? TANPA KITA HARUS MELIHAT-LIHAT LAWAN JENIS dan berbincang-bincang dengannya,
Akhi:
Di saat antum akan mendakwahi wanita, di saat itu pula antum harus menjaga diri antum untuk jauh, menjauh sejauh-jauhnya dari pintu fitnah!:
Tidak ingatkah akhi bahwa para sahabat ketika ingin menimba ilmu kepada para isteri Nabi, mereka lakukan di balik tabir? Di balik tabir akhi! Bukan melihat wajah-wajah wanita yang kau add di FB-mu itu!,
Akhi:
Jangan kau anggap ini kaku. Kalau akhi tidak percaya. Silakan periksa sendiri. Demi Allah Ta’ala, silakan periksa sendiri para akhwat teman-teman lama antum ketika di sekolah tinggi atau sekolah rendah dulu, termasuk di kampusmu yang kau add di FB-mu,
Berapa di antara mereka yang menerima nasihatmu dalam praktek yang nyata?
Hingga para akhwat tersebut memakai hijabnya,
Menutupi wajahnya dari pandanganmu,
Meninggalkan maksiat-maksiat kerana menerima nasihatmu,
Atau akhwat-akhwat itu hanya katakan,
* “Subhanallah akhi”
* “Bagus sekali nasihatnya”
* “Izin share ya”
* “Saya di-tag ya”
* “Ana tidak di-tag akhi?”
* “Terima kasih ya abang telah di-tag”
* “Jangan bosan-bosan nasihatkan ana”
Jangan terburu-buru kau biarkan hatimu berbunga-bunga dengan kata-kata di atas akhi, karena
و خلق الإنسان ضعيفا
“Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah”
[An-Nisa:28]
Maka ingatlah bahwa jika akhwat itu dapat berkata-kata lembut kepadamu, padahal dia bukan isterimu, tentu dia pun akan bersikap demikian pada laki-laki lain, selain dirimu!
أفق يا فؤادي من غرامك واستمع … مقالة محزون عليك شفيق
علقت فتاة قلبها متعلق … بغيرك فاستوثقت غير وثيق
“Sedarlah wahai hati dari kasmaranmu dan dengarkan!; Ucapan kesedihan dan kasihan kepadamu; Kamu terpikat dengan gadis yang hatinya terpikat dengan selainmu”
Akhi:
Sebelum kau terpukau dengan gaya bahasa para akhwat itu, ingatlah bahwa Nabi memberikan peringatan kepada kita,
ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء
”Aku tidak meninggalkan sepeninggalku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki ketimbang wanita”
[Bukhari dan Muslim]
Akhi;
Apakah kau tidak merasakan kesedihan sebagaimana yang ku rasakan? Akhi, bagaimana mata ini tidak mengalir di saat kita baca pesan isteri Nabi, Aisyah, berkata;
لو أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رأى ما أحدث النساء اليوم لنهاهن عن الخروج أو حرم عليهن الخروج
“Seandainya Rasulullah melihat apa yang diperbuat kaum wanita pada hari ini, nescaya Beliau melarang mereka keluar rumah atau mengharamkan mereka keluar rumah”
[Lihat beserta sanadnya di ذم الهوى , Karya أبو الفرج عبد الرحمن بن أبي الحسن الجوزي, Hal. 154][1]
Ya Allah, ‘afallahu ‘anhunna..
Akhi;
Bila Aisyah mengatakan demikian? Lebih dari seribu tahun yang lalu akhi, di saat Islam masih di puncak kejayaannya, di saat para sahabat yang menerima langsung pengajaran Nabi masih hidup:
Duhai Aisyah;
Kau katakan demikian;
Di kala Nabi belum lama wafat meninggalkan dirimu,
Di kala para sahabat terbaik masih hidup di antaramu,
Kau katakan demikian,
Di kala para wanita masih tutupi dirinya dengan hijab kemuliaan,
Aku tahu tak tahu apa yang akan kau katakan,
Jika kau hidup di masa kami,
Di saat kami tenggelam dalam kotornya dunia,
Di saat manusia menghiasi dirinya dengan tipisnya rasa malu,
Di saat kaum wanita ceburkan dirinya dalam alam tabu,
Maka, demikian pula engkau wahai saudariku Muslimah!,
Jikalau tulisan ini sampai kepadamu, mengapa tidak kau katakan kepada kami, para laki-laki, suatu ucapan yang kami justru bangga mendengarnya jika kau ucapkan,
إليك عني! إليك عني! فلست منك و لست مني
“Menjauhlah kau dariku! Menjauhlah kau dariku! Kerana aku bukan milikmu dan kau pun bukan bahagian dari ku”
Wahai ukhti, mengapa mau add, atau kau terima permintaan pertemanan facebook dengan para laki-laki, sementara ia bukan milikmu?
Belumkah kau ketahui tahu bahawa:
إن الرجال الناظرين إلى النساء
مثل السباع تطوف باللحمان
إن لم تصن تلك اللحوم أسودها
أكلت بلا عوض و لا أثمان
“Laki-laki ketika melihat wanita; Seperti bintang buas ketika melihat daging; Jika daging-daging itu tidak disimpan dengan rapi; Ia akan dibabat tanpa konpensasi apapun dan tanpa harga”
Wahai ukhti, belumkah sampai kepadamu pesan Nabi kita?
يا معشر النساء تصدقن وأكثرن الاستغفار فإني رأيتكن أكثر أهل النار
“Wahai kaum wanita, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istighfar! Sesungguhnya aku melihat kalian sebagai penghuni mayoritas di neraka”
[Muslim:32]
Wahai ukhti, tidakkah kau ingat bahawa kau pun diperintah untuk menahan pandanganmu?;
وقل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن ويحفظن فروجهن ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها وليضربن بخمرهن على جيوبهن
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka! Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka! Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka!”
[An-Nur:31]
Sandra 30 Nov-2010 Wanita Muslimah tidak Memandang /tidak di Pandang (sumber just copas)